Seabad Kesadaran Kebangsaan
Liputan6.com, Jakarta/Papua/Washington: Pada 20 Mei 2008, genap seratus tahun kebangkitan nasional. Penandanya adalah pendirian "Boedi Oetomo" oleh para mahasiswa kedokteran di Jakarta, STOVIA.
Dengan latar belakang priyayi dari para pengurus dan anggota, Boedi Oetomo banyak mendapat dukungan kraton. Namun, justru keterikatan tradisional macam inilah yang belakangan dianggap membuat Boedi Oetomo terlampau konservatif. Terlepas dari itu semua, harus diakui bahwa Budi Utomo berjasa menyalakan inspirasi soal nasionalisme.
Kini, arus globalisasi mengubah wajah nasionalisme. Salah satu contohnya adalah makin banyaknya tenaga kerja asing yang bekerja di Tanah Air. Kehadiran tenaga ahli dari luar negeri itu membikin persaingan perebutan kerja bertambah ketat. Dalam soal ini, tak berlaku lagi nasionalisme. Hanya mereka yang kompeten yang diterima—tak peduli kewarganegaraannya.
Di sisi lain, cukup banyak juga warga negara Indonesia yang memilih bekerja di luar negeri. Buat mereka, berkarya di luar negeri adalah pilihan. Tapi, mereka mengaku, pilihan ini bukan berarti melunturkan rasa nasionalisme.
Ironisnya, cerita di atas diselingi kenyataan bahwa pembangunan Indonesia masih belum sepenuhnya berhasil. Banyak daerah yang memiliki kekayaan tapi warganya miskin dan fasilitas pendidikan sangat terbatas. Pemerataan kesejahteraan masih berupa mimpi.(YUS/Rommy Fibri dan Sondang Sirait)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar