Selamat Datang

Selamat datang di Blog Sederhana ini, mudah-mudahan dengan media ini saling bisa membagi informasi. Dan Terimakasih saya ucapkanbagi rekan-rekan yang sudi mampir ke Blog saya.

Terimakasih

Selasa, 03 Juni 2008

* Universitas Virtual

Tak ada lagi gedung-gedung bertingkat. ''Tak perlu,'' kata Justiani Maulani, wanita yang pada 2001 dianugerahi Wanita Telematika Pertama Indonesia, itu. Tak perlu, sebab ruang-ruang kuliah telah 'digusur' layar komputer atau layar mungil ponsel. Selamat datang di universitas virtual.
Di universitas dunia maya ini, prasyarat kehadiran fisik, muspra sudah: Sang dosen, bisa jadi, tengah duduk di sebuah kampus di Inggris tatkala sang mahasiswa--di Indonesia--tekun menyimak kuliahnya dari layar monitor, secara on-line lewat internet.
Universitas virtual, kata Justiani bersemangat, memang menyodorkan cara baru kuliah, jika bukan lebih mutakhir. Seluruh aktivitas, A sampai Z, dilakoni dalam bingkai multimedia. Tatap muka dengan dosen, misalnya, bisa diwujudkan lewat konferensi video (video conference) atau layar mungil ponsel via teknologi 3G.
Seperti laiknya kuliah di ruang kelas,group discussion dilakukan secara serempak, kendati berlangsung secara maya di internet. Diskusi dibonceng pelbagai sarana: mulai dari face to face lewat konferensi video hingga chatting, mailing list atau forum. Materi kuliah disajikan dalam bentuk picture, video streaming, power point atau, yang paling mutakhir, simulator.
Bahkan, cerita Justiani yang tengah merampungkan program Phd-nya lewat universitas virtual,''Ada pula kelas virtual (virtual class room).'' Di situ, tampilan layar monitor didekorasi seolah-olah seperti ruangan kelas. Tanya jawab dengan dosen berlangsung dalam kelas virtual ini. Intinya, kata dia,''Semua perangkat audiovisual diberdayakan.'' Walhasil, perkuliahan seolah-olah seperti betulan--melibatkan seluruh panca indera, meski hanya dalam kotak elektronik.
Bersama koleganya dari seantero dunia, Justiani mendeklarasikan Universitas e-Dinar. Ini universitas virtual berbasis multimedia dan internet pertama di ASEAN. Bernaung di bawah payung World Islamic Trade Organization (WITO), saingan World Trade Organization (WTO).
''E-Dinar bakal diluncurkan pertengahan tahun ini di Indonesia,'' ujar jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, pekan lalu. Adalah jaringan internet universal yang memungkinkan perkuliahan di Unversitas E-Dinar didoseni para profesor jempolan dari seluruh dunia. Tanpa harus terbang ke Indonesia.
Sudah bejibun universitas virtual di mancanegara. Di Amerika Serikat (AS), misalnya, ada University of Phoenix Online, perguruan tinggi swasta yang dihuni 38 ribuan mahasiswa online dari total sekitar 180 ribuan mahasiswa. Phoenix, yang berdiri sejak 1976, menyediakan pula sistem perkuliahan tradisional (tatap muka). Hingga lima tahun lalu, Phoenix telah meluluskan 10 ribu wisudawan online atau yang terbesar di negeri Paman Sam. Phoenix--seperti juga universitas virtual lain--bahkan menawarkan program doktoral.
Di Indonesia, Universitas Terbuka (UT) adalah perguruan tinggi yang menerapkan sistem belajar jarak jauh (distance learning) sejak 1984. Materi kuliah mulanya dikirimkan lewat pos. Namun, seiring booming internet, UT belakangan memberlakukan e-learning. Para dosen membuat materi pelajaran yang bisa diunduh lewat internet. Mahasiswa lantas mempelajarinya secara mandiri. Andai kemudian mahasiswa mengalami kesulitan, kata Rektor UT, Prof Atwi Suparman,''Kita tetap menyediakan pembimbing (tutor). Itu bisa dilakukan lewat tatap muka atau online.''
Jika Phoenix dan UT melakukan sistem perkuliahan campuran, tak sedikit universitas yang murni virtual. Sebut saja Universitas Virtual Syria, Universital Virtual Kanada, atau Universitas Virtual Hong Kong. Kampus mereka di dunia maya, dengan mahasiswa di seantero dunia.
Belajar via online menyajikan fleksibilitas ruang dan waktu. Peserta bisa tetap kuliah tanpa harus meninggalkan, misalnya, pekerjaan kantor. Belajar di mana saja kapan saja. Meski skejul kuliah terkesan dinomorduakan,''E-learning memberikan peluang belajar lebih efektif,'' Justiani meyakinkan. ''Orang lebih cepat pintar.''
Jalur dunia maya membuka katup penyumbat. Memungkinkan mahasiswa online belajar dan berdiskusi dengan teman-teman dari seluruh dunia. Sekaligus bertanya langsung kepada pakar-pakar top di belahan benua lain, baik lewat group discussion atau pun konsultasi privat melalui e-mail dan internet messenger.
Fasilitas multimedia, menurut Justiani, juga memberi peluang mahasiswa memperoleh materi pelajaran yang jauh lebih kaya ketimbang buku-buku teks tradisional. Contohnya tatkala kita belajar fisika. Di layar monitor, gerakan gelombang bisa disimulasikan dalam tiga dimensi. Suara gelombang bisa dimunculkan bersamaan. ''Bukan cuma dituliskan di white board,'' kata dia.
Jadilah konsep e-learning sebuah daya tarik yang magnetik, meski itu baru secara teoritik. Pada kenyataannya, diakui kepala Pustekkom Depdiknas, Lilik Gani H A, negeri ini masih diganjal kendala ketersediaan infrastruktur. Belum seluruh wilayah Indonesia dihampari jaringan internet ber-bandwith besar. Dus, lalu lintas transportasi data berkapasitas gemuk--seperti materi kuliah video conference--sulit dilakukan.
Jangankan di daerah terpencil, bahkan di DKI Jakarta sekali pun, 'penyakit' internet mogok terjadi setiap saat. ''Wah, kalau lagi nge-hang repot. Loading-nya lama banget. Komunikasi ke dosen atau mahasiswa lain menjadi kurang efektif, lain halnya kuliah tatap muka langsung,'' ujar Titian Zahara, mahasiswi Universitas Mercubuana Jakarta, yang kuliah secara online saban hari Kamis.
Mengapa virtual? -- Perubahan dari pendidikan terpusat menjadi Tersebar. -- Fleksibilitas dalam ruang dan waktu. -- Bahan ajar yang disajikan dalam multi-media dengan suara dan gambar yang dinamis, tidak membosankan, serta padat informasi. -- Self-pace learning: Kecepatan belajar ditentukan oleh diri sendiri bukan oleh kemampuan yang diseragamkan dalam kelas. -- Self-motivated learning: Memacu kemampuan belajar mandiri. -- Perubahan dari teacher centric (guru sebagai pusat pembelajaran) menjadi learner centric (murid sebagai pusat pembelajaran). -- Perubahan dari entry barrier (seleksi ketat) menjadi output quality standard (lulusan berkualitas stardard). Bukan masuknya yang dipersulit, tapi lulusannya yang harus memenuhi standard kualitas. Sementara lamanya belajar tergantung motivasi, kecerdasan, dan usaha masing-masing peserta-didik. -- Interaksi antara pengajar dan peserta-didik dilakukan tidak hanya dengan tatap-muka, tetapi juga melalui surat-menyurat elektronis, sehingga meningkatkan kemampuan baca-tulis. sumber: Justiani Maulani

Tidak ada komentar:

Marquee Text Generator - http://www.marqueetextlive.com

Mengenai Saya

Foto saya
Duri Kec. Mandau Kab. Bengkalis - Riau
Berteman?... itu paling hobby.. apalagi transfer dan share ilmu yg bermanfaat. Sampai ketemu di YM: bayucomdr Skype: samasi3

Jumlah Pengunjung

Get free hit counter code here.